Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang
Belanda. Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari
Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe . Perusahaan-perusahaan
tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari
Indonesia. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Pada
tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe
di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti
Republik Rakyat Tiongkok, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika
Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas. Pada tahun
1940-an dilakukan usaha untuk memperkenalkan tempe ke Zimbabwe sebagai sumber
protein yang murah. Namun demikian, usaha ini tidaklah berhasil karena
masyarakat setempat tidak memiliki pengalaman mengkonsumsi makanan hasil
fermentasi kapang.
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di
dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi
kedelai Indonesia
dilakukan dalam bentuk tempe ,
40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan
lain-lain). Konsumsi tempe
rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar
6,45 kg.
Perhatian yang begitu besar terhadap tempe sebenarnya telah dimulai sejak zaman
pendudukan Jepang di Indonesia. Pada saat itu, para tawanan perang yang diberi
makan tempe
terhindar dari disentri dan busung lapar. Menurut Onghokham, dengan adanya tempe
dan kandungan gizi yang dimilikinya, serta harga yang sangat terjangkau,
menyelamatkan masyarakat miskin dari malagizi (malnutrition).
Proses pembuatan tempe masih perlu ditingkatkan dengan
berbagai penelitian , mengingat tempe memiliki kandungan gizi tinggi, terutama
protein nabati dan memiliki beberapa khasiat antara lain menurunkan kolesterol
darah.
Kacang-kacangan dan
biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa
dan lain-lain merupakan bahan pangan sumber protein dan lemak nabati yang
sangat penting peranannya dalam kehidupan. Asam amino yang terkandung dalam
proteinnya tidak selengkap protein hewani, namun penambahan bahan lain seperti
wijen, jagung atau menir adalah sangat baik untuk menjaga keseimbangan asam
amino tersebut.
Kacang-kacangan dan
umbi-umbian cepat sekali terkena jamur (aflatoksin) sehingga mudah menjadi layu
dan busuk. Untuk mengatasi masalah ini, bahan tersebut perlu diawetkan. Hasil
olahannya dapat berupa makanan seperti keripik, tahu dan tempe, serta minuman seperti
bubuk dan susu kedelai.
Kedelai mengandung
protein 35 % bahkan pada varitas unggul kadar proteinnya dapat mencapai 40 - 43
%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung singkong, kacang hijau, daging,
ikan segar, dan telur ayam, kedelai mempunyai kandungan protein yang lebih
tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim kering.
Bila seseorang tidak boleh atau tidak dapat makan daging atau sumber
protein hewani lainnya, kebutuhan protein sebesar 55 gram per hari dapat
dipenuhi dengan makanan yang berasal dari 157,14 gram kedelai. Kedelai dapat
diolah menjadi tempe, keripik tempe, tahu, kecap, susu, dan lain-lainnya.
Proses pengolahan kedelai menjadi berbagai makanan pada umumnya merupakan
proses yang sederhana, dan peralatan yang digunakan cukup dengan alat-alat yang
biasa dipakai di rumah tangga, kecuali mesin pengupas, penggiling, dan cetakan.
Tabel 1. Komposisi kedelai per 100 gram bahan
Komponen
|
Kadar (%)
|
Protein
Lemak
Karbohidrat
Air
|
35-45
18-32
12-30
7
|
Tabel 2. Perbandingan antara kadar protein
kedelai dengan beberapa bahan makanan lain
Bahan Makanan
|
Protein (% berat)
|
Kedelai
Susu skim kering
Kacang hijau
Daging
Ikan segar
Telur ayam
Jangung
Beras
Tepung singkong
|
35,00
36,00
22,00
19,00
17,00
13,00
9,20
6,80
1,10
|
Tempe adalah campuran biji kedelai
dengan massa kapang. Hifa kapang tumbuh dengan intensif dan membentuk jalinan
yang mengikat biji kedelai yang satu dengan biji yang lain sehingga menjadi massa yang kompak dan
kuat.
Tempe adalah makanan tradisional hasil
fermentasi oleh kapang Rhizopus oryzae sp. Pertumbuhan kapang
menyebabkan terjadinya pemutusan beberapa ikatan peptida pada protein kedelai
sehingga protein kedelai lebih mudah dicerna dan nilai gizinya meningkat. Tempe juga mengandung
beberapa vitamin B, mineral, lemak dan karbohidrat.
Pembuatan tempe secara tradisional
biasanya menggunakan tepung tempe yang dikeringkan di bawah sinar matahari.
Sekarang pembuatan tempe
ada juga yang menggunakan ragi tempe .
Tempe adalah makanan
yang enak, sehat dan banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat di desa
maupun dikota. Tempe
mengandung zat gizi yang tingi. Kandungan protein (zat pembangun tubuh) dalam tempe sama dengan
kandungan protein dalam daging sapi. Oleh karena itu banyak orang ingin membuat
dan menikmati tempe
dengan mutu yang baik dan rasa yang memenuhi selera. Untuk itu dibutuhkan
inokulum tempe
yang berkualitas baik, disamping proses pembuatannya yang benar dan baik pula.
Selama proses fermentasi pembuatan tempe
berlangsung, berkembanglah jamur-jamur dari inokulum tempe yang ditaburkan, dan menghasilkan
enzim-enzim yang dapat memecah keledai menjadi bahan yang mudah dicerna dan
mempunyai rasa serta aroma khas tempe .
Untuk memproduksi tempe di gunakan
bahan baku pokok yang sama, yaitu kedelai. Jenis kedelai terdiri atas 4 macam,
yaitu:
1.
Kedelai kuning
2.
Kedelai hitam
3.
Kedelai coklat
4.
Kedelai hijau
Para pengrajin tempe biasanya memakai
kedelai kuning sebagai bahan baku utama. Pengrajin tempe biasanya menggunakan kedelai kuning,
akan tetapi juga kedelai jenis lain, terutama kedelai hitam.
Berdasarkan
bijinya, kedelai dibedakan menjadi:
1.Kedelai berbiji besar bila
bobot 100 bijinya lebih dari 13 gram
2.Kedelai berbiji sedang bila
bobot 100 bijinya antara 11 - 13 gram
3.Kedelai berbiji kecil bila
bobot 100 bijinya antara 7 -11 gram
Biji kedelai yang
dipakai oleh para pengrajin untuk membuat tempe harus di kupas lebih dahulu dan
biji kedelai tahu digiling sesudah biji kedelai di rendam sekitar 7 jam lebih
dahulu. Tingkat mutu kedelai dapat di pilah sesuai kelas mutu sebagai berikut :
Tabel 3. Syarat Pokok Mutu Kedelai
Kriteria % Bobot
|
Mutu I
|
Mutu II
|
Mutu
|
1.
Kadar air maksimum
2.
Kotoran maksimum
3.
Butir rusak
4.
Butir keriput
5.
Butir belah
6.
Butir warna lain
|
13 %
1 %
2 %
0 %
1 %
0 %
|
14 %
2 %
3 %
5 %
3 %
5 %
|
16 %
5 %
5 %
8 %
5 %
10 %
|
Sumber : SK
Menteri No 501/Kpts/TP.803/8/1994
Tidak ada komentar:
Posting Komentar